daud di sotoh istana dua matamu gagahi batsyeba mandi mulutmu sumpahi setia anak buahmu telunjukmu keji menindas sepotong khilaf jelatamu
Sudah beberapa kali saya mendengar Radhar Panca Dahana mengungkap kekagumannya kepada Joko Pinurbo dalam memahami puisi. Itu terjadi karena Jokpin pernah secara tepat mengatakan apa yang dia “baca” dari satu puisi Radhar. Barangkali Radhar merasa