daud
di sotoh istana dua matamu
gagahi batsyeba mandi mulutmu
sumpahi setia anak buahmu
telunjukmu keji menindas
sepotong khilaf jelatamu
aduhai paduka dalam
bisu empat jari menudingmu
jera sesalmu daud
membasuh lubukmu bening
melantikmu raja
hingga keturunan kesatu
kedua keseribu sampai
abadi
salomo
gendam salomo
adalah tujuh ratus istri
tiga ratus gundik
sulamit gadis manis hitam
perigi seribu kidung cinta
cermin sang mahardika
dan mempelainya
musa
kau mengaku berat mulut
kau bilang tebal bibir
tapi firaun tunduk perintahmu
laut merah terbelah hardikmu
itu tongkatnya dalam genggamanmu
yunus
jangan kabur merpatiku
cintailah niniwe
kota menghamba dosa
jangan kabur burung jahilku
ikan besar mengintai
menelan amarah konyolmu
mendamparkanmu ke syeol
liang bawah laut terdalam
jangan kabur pendendam
tebarkan rahmat penuh rahim
kepada seratus dua puluh ribu
tak tahu jarak tangan kanan tangan kiri
jangan merajuk pemberang
ini sebatang pohon jarak
pelipurmu
ayub
menukar kala
benjut
lara
serapah
sendiri
sunyi
hampa
kosong
salib
dengan tujuh anak laki-laki
tiga anak perempuan
empat belas ribu kambing
enam ribu pasangan unta
seribu keledai betina
seratus empat puluh tahun nyawa
catatan
Perjanjian Lama dipenuhi kisah-kisah orang-orang biasa. Respons mereka pada romantika kehidupan menjadikan mereka luar biasa. Daud, Salomo, Musa, Yunus, Ayub. Mereka adalah raja, nabi, tokoh, awam. Spiritualitas mereka menjadi kenangan sepanjang masa. Kelemahan mereka sekaligus kekuatan mereka.
Gambar
Reproduksi imajinasi pelukis Prancis Jean-Leon Gerome (1824-1904) tentang sekuel Daud-Batsyeba. Pada lukisan asli, di sisi kiri gambar tampak Daud di sotoh. (gambar diambil dari electrummagazine.com)
itasiregar/12juli/2019